Sekolah Dasar atau
biasa disingkat SD adalah masa dimana kita bisa bahagia bersama teman-teman,
belajar, bermain, bernafas dan banyak hal yang tidak dapat saya sebutkan
satu-persatu. Pada masa itu kita belum mengerti apa itu cinta, atau sering memaknai
cinta dengan hal paling simple. Cantik
berarti cinta, jelek berarti hina.
Terlalu sederhana
untuk diucapkan, namun begitu sulit untuk diungkapkan.
Sewajarnya bocah SD
yang masih ingusan, aku belum mengerti sama sekali apa itu cinta. Aku mempelajari
arti cinta dengan selalu mengikuti sinetron Tersanjung
setiap jum’at malam. Kurang lebih Tersanjung
ditayangkan hingga 7 tahun lamanya, mungkin sekarang sutradaranya sedang stroke
ringan memikirkan ending yang sudah
pasti mudah ditebak. Namun ada hal yang dapat dibanggakan dari Tersanjung. Sinetron ini mendapatkan
rekor MURI karena merupakan sinetron terpanjang dan terlama. Mungkin rekor ini
tidak akan ada yang dapat memecahkan. Bayangkan sinetron 7 tahun, jika
disekolahkan dia sudah kelas 2. Pulang sekolah bermain hingga jam 3, kemudian
dilanjutkan ikut ngaji di Madrasah Diniyah. Apa-apaan ini ???
Diantara sekumpulan
teman-temanku, aku tergolong orang yang pendiam. Bahkan ketika semua orang
marah karena bau kentutku, aku masih tetap diam, karena itu kelebihanku.
Sifatku yang pendiam selalu mendapatkan perhatian khusus dari para preman
sekolah. Sering sekali aku dilecehkan dari mulai mainanku dirampas, di caci
maki, hingga dicekik gagang payung pun pernah kurasakan. Namun kesialan itu
berbanding terbalik dengan kisah
asmaraku. Ehee
Kisah ini bermula
ketika aku bertemu teman sekelasku yang dapat dibilang primadona kelas.
Disamping cantik dia juga mempunyai prestasi yang mumpuni di bidang akademik.
Karena sering sekali mendapat rangking 1, bahkan raportnya pun dapat mem-bully raport yang lain. Dia merupakan
sosok yang sempurna. Rambut lurus semampai dengan model belah tengah, dipadu
dengan pemilihan shampo yang tepat membuat murid-murid lain iri melihatnya. Jangankan
murid, kepala sekolah pun iri melihatnya padahal kepala sekolah kami cowok.
Pagi hari matahari
datang tepat waktu seperti biasanya. Aku berjalan menuju sekolah dengan
perasaan gembira. Menyapa setiap orang yang ada diluar rumah dengan ramah yang
dibalas dengan sumpah serapah. Jadwal piketku kebetulan atau memang takdir sama
dengan dia. Ketika itu dia belum ada di kelas, hanya aku seorang diri. Aku
duduk menantinya dengan cemas, memikirkan obrolan apa yang akan aku lontarkan
nanti. Aku duduk bersandar dengan menutup mata, menarik nafas dalam agar
sedikit lebih tenang. Kicauan burung menenangkan hatiku sejenak, kutatap papan
tulis yang bertuliskan rumus matematika sisa pelajaran kemarin.
Cukup lama aku
menanti namun dia tak kunjung datang. Kulihat jam dinding sudah menunjukkan
pukul 07.30 WIB. Aku mengernyitkan dahi, berfikir sejenak dengan bertopang
dagu. Apa jangan-jangan dia sakit? hatiku mulai gusar memikirkannya. Kenapa jam
segini belum ada yang datang? Aku semakin bingung, sepertinya ada something wrong. Lama aku termenung
memikirkan kejanggalan yang tidak selayaknya terjadi padaku. Apa yang salah
denganku? Kenapa aku sendiri? Ternyata ini hari Minggu. Cinta memang membuat
kita lupa diri. To be continued . . @farizfirdi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar