Sabtu, 22 Februari 2014

Inikah Cinta?

      Sekolah Dasar atau biasa disingkat SD adalah masa dimana kita bisa bahagia bersama teman-teman, belajar, bermain, bernafas dan banyak hal yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu. Pada masa itu kita belum mengerti apa itu cinta, atau sering memaknai cinta dengan hal paling simple. Cantik berarti cinta, jelek berarti hina. 

Terlalu sederhana untuk diucapkan, namun begitu sulit untuk diungkapkan. 

      Sewajarnya bocah SD yang masih ingusan, aku belum mengerti sama sekali apa itu cinta. Aku mempelajari arti cinta dengan selalu mengikuti sinetron Tersanjung setiap jum’at malam. Kurang lebih Tersanjung ditayangkan hingga 7 tahun lamanya, mungkin sekarang sutradaranya sedang stroke ringan memikirkan ending yang sudah pasti mudah ditebak. Namun ada hal yang dapat dibanggakan dari Tersanjung. Sinetron ini mendapatkan rekor MURI karena merupakan sinetron terpanjang dan terlama. Mungkin rekor ini tidak akan ada yang dapat memecahkan. Bayangkan sinetron 7 tahun, jika disekolahkan dia sudah kelas 2. Pulang sekolah bermain hingga jam 3, kemudian dilanjutkan ikut ngaji di Madrasah Diniyah. Apa-apaan ini ???

      Diantara sekumpulan teman-temanku, aku tergolong orang yang pendiam. Bahkan ketika semua orang marah karena bau kentutku, aku masih tetap diam, karena itu kelebihanku. Sifatku yang pendiam selalu mendapatkan perhatian khusus dari para preman sekolah. Sering sekali aku dilecehkan dari mulai mainanku dirampas, di caci maki, hingga dicekik gagang payung pun pernah kurasakan. Namun kesialan itu berbanding terbalik dengan  kisah asmaraku. Ehee

      Kisah ini bermula ketika aku bertemu teman sekelasku yang dapat dibilang primadona kelas. Disamping cantik dia juga mempunyai prestasi yang mumpuni di bidang akademik. Karena sering sekali mendapat rangking 1, bahkan raportnya pun dapat mem-bully raport yang lain. Dia merupakan sosok yang sempurna. Rambut lurus semampai dengan model belah tengah, dipadu dengan pemilihan shampo yang tepat membuat murid-murid lain iri melihatnya. Jangankan murid, kepala sekolah pun iri melihatnya padahal kepala sekolah kami cowok. 

      Pagi hari matahari datang tepat waktu seperti biasanya. Aku berjalan menuju sekolah dengan perasaan gembira. Menyapa setiap orang yang ada diluar rumah dengan ramah yang dibalas dengan sumpah serapah. Jadwal piketku kebetulan atau memang takdir sama dengan dia. Ketika itu dia belum ada di kelas, hanya aku seorang diri. Aku duduk menantinya dengan cemas, memikirkan obrolan apa yang akan aku lontarkan nanti. Aku duduk bersandar dengan menutup mata, menarik nafas dalam agar sedikit lebih tenang. Kicauan burung menenangkan hatiku sejenak, kutatap papan tulis yang bertuliskan rumus matematika sisa pelajaran kemarin. 

      Cukup lama aku menanti namun dia tak kunjung datang. Kulihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 07.30 WIB. Aku mengernyitkan dahi, berfikir sejenak dengan bertopang dagu. Apa jangan-jangan dia sakit? hatiku mulai gusar memikirkannya. Kenapa jam segini belum ada yang datang? Aku semakin bingung, sepertinya ada something wrong. Lama aku termenung memikirkan kejanggalan yang tidak selayaknya terjadi padaku. Apa yang salah denganku? Kenapa aku sendiri? Ternyata ini hari Minggu. Cinta memang membuat kita lupa diri. To be continued . . @farizfirdi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts