Sabtu, 22 Februari 2014

Black Room

        Jum’at, hari yang indah bersama si cewek tanpa melewatkan senyum disetiap detiknya. Pagi itu terlihat jelas, motor matic dan jaket merah yang ia kenakan. Datang dengan perlahan tapi lama sekali, dan aku tetap menunggu. Setelah dia sampai, waktunya berangkat ke rumah temen lalu pergi ke bioskop untuk nonton film yang lagi booming dan nonton tanpa gebetannya. Dalam perjalanan yang panjang sepanjang jalan kenangan, aku tidak memboncengnya, melainkan melihatnya dari belakang. Karena dia dibonceng teman dekatku.

        Sampailah di tempat tujuan. Bioskop sudah melambaikan tangan ke kita, ternyata bukan tangan bioskop yang melambai, melainkan tangan gebetannya. Dengan sekuat tenaga aku melepas helm dari kepalaku dan tak bisa berhenti melihat si cewek. Gebetannya berseru kepadanya, dan mulutku juga berbicara, tapi bukan kepada cewek itu. Mereka berhadapan layaknya semut yang saling bertemu dan menyapa. Aku cuma bisa melihat mereka berbincang, tapi tetep, melihatnya dari belakang. Lekukan senyumku yang dari awal berangkat, hampir punah gara – gara mereka berjalan bersama. Tak kusangka hal ini bisa terjadi, jika aku punya ilmu pembaca masa depan pasti malah lebih sakit dari itu. Kesakitan ini tidak dapat terobati oleh PMR, obat yang manjur adalah ketika dia tersenyum kepadaku, olehku, dan untukku.

        Adzan berkumandang, meski hati ini tersayat tipis setipis pembalut maupun TV LED, tapi tetap kewajiban harus terlaksana. Setelah sholat, berangkatlah buat nonton film. Di tempat duduk yang agak jauh aku melihatnya, yang untungnya dia tidak duduk bersebelahan dengan gebetannya dan tidak dipangku. Film yang aku tonton bergenre komedi, bukan malah ketawa tapi malah galau. Kurang lebih satu jam setengah berada dalam ruangan dan menahan rasa pilu. Akhirnya selesailah film itu, film selesai sama dengan berakhirlah rasa pilu di hati.

        Rute berpindah dari nonton film menuju ke surga makanan. Inilah yang kutunggu, waktu makan dan duduk disampingnya. Mulailah bibirku tersenyum sejenak, dan terett…. sang gebetannya kembali muncul. Makanan yang semula penuh menjadi habis gara – gara kumakan, makanan yang semula manis ya tetep manis. Tapi, hari itu adalah hari yang menyenangkan, banyak rintangan juga kesenangan. Jum’at, hari yang istimewa, meski rintangan mengahadang aku bisa mengabadikan momen kita dalam bingkai kecil yang terlihat di balik dompetku. “Happy Friday with you”. @ravi_prd



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts